Gagal panen di daerah Kebumen berpotensi rugi triliunan
GAGAL TANAM PETANI DI KABUPATEN KEBUMEN BERPOTENSI RUGI TRILIYUNAN RUPIAH.
Problem Air Di Kabupaten Kebumen Berdampak Pahit bagi Petani di Kabupaten Kebumen, Kebumen dengan mayoritas Penduduknya sebagai Petani, di tahun ini mengalami kesulitan mengolah Lahan, lahan yg semestinya sudah di tanami namun saat ini masih kering, ada pun sebagian Kecil lahan yg bisa di tanami petani harus menelan pil pahit karena air tidak bisa bertahan lama. Kebumen yang memiliki Dua waduk yaitu Waduk Sempor dan Waduk Wadaslintang tidak mampu untuk mengaliri lahan petani yg jumlahnya Puluhan Ribu Hektar. Jika Kita Kalkulasi dari lahan yang ada di kalikan dengan Hasil panen Gabah Kering Giling (GKG) dengan asumsi Per Hektar menghasilkan 5 Ton GKG dikalikan sekitar 60 rb Hektar yang mengalami Kekeringan maka Kerugian yang di tanggung Petani bisa mencapai angka 1.8 Trilyun.
Faktor Alam.
Mundurnya Pola tanam di Kabupaten Kebumen di sebabkan kemarau yang berkepanjangan disamping rendahnya curah hujan, sehingga menimbulkan debit air di bendung waduk sempor dan wadaslintang mengalami kekeringan yang berimbas belum bisa mengaliri sawah dengan maksimal.
Eksekutif dan Legislatif tidak serius urus Pertanian.
Meski Kekeringan di kebumen di sebabkan faktor Alam, sudah semestinya , Eksekutif dan Legislatif Tanggap untuk mencarikan solusi, jangan terkesan diam dan tidak peduli untuk ngurusi..berbagai opini dan keluhan di lontarkan oleh kaum Tani melalui media sosial namun tetap anteng-anteng saja, justru dari kalangan eksekutif di media sosial posting -posting kegiatan yang tidak ada sentuhanya dengan kaum tani.
Ironisnya Lagi dari Kalangan Legislatif Kabupaten Kebumen sebagai wakil rakyat semestinya berani berjuang mencarikan solusi terbaik dengan adanya bencana kekeringan yang di alami masyarakat petani, justru getol mengedepankan untuk mendirikan koalisi-koalisi parpol untuk menghadapi Pilkada 2020, yang ujung-ujungnya hanya bagi-bagi kue kekuasaan. Keyakinan sy masyarakat petani sudah pesimis untuk memilih pemimpin dan legislatif di waktu dekat ini dan mendatang. Hal ini bisa di lihat dari ketidak seriusanya mengurus kaum tani.
Problem Air Di Kabupaten Kebumen Berdampak Pahit bagi Petani di Kabupaten Kebumen, Kebumen dengan mayoritas Penduduknya sebagai Petani, di tahun ini mengalami kesulitan mengolah Lahan, lahan yg semestinya sudah di tanami namun saat ini masih kering, ada pun sebagian Kecil lahan yg bisa di tanami petani harus menelan pil pahit karena air tidak bisa bertahan lama. Kebumen yang memiliki Dua waduk yaitu Waduk Sempor dan Waduk Wadaslintang tidak mampu untuk mengaliri lahan petani yg jumlahnya Puluhan Ribu Hektar. Jika Kita Kalkulasi dari lahan yang ada di kalikan dengan Hasil panen Gabah Kering Giling (GKG) dengan asumsi Per Hektar menghasilkan 5 Ton GKG dikalikan sekitar 60 rb Hektar yang mengalami Kekeringan maka Kerugian yang di tanggung Petani bisa mencapai angka 1.8 Trilyun.
Faktor Alam.
Mundurnya Pola tanam di Kabupaten Kebumen di sebabkan kemarau yang berkepanjangan disamping rendahnya curah hujan, sehingga menimbulkan debit air di bendung waduk sempor dan wadaslintang mengalami kekeringan yang berimbas belum bisa mengaliri sawah dengan maksimal.
Eksekutif dan Legislatif tidak serius urus Pertanian.
Meski Kekeringan di kebumen di sebabkan faktor Alam, sudah semestinya , Eksekutif dan Legislatif Tanggap untuk mencarikan solusi, jangan terkesan diam dan tidak peduli untuk ngurusi..berbagai opini dan keluhan di lontarkan oleh kaum Tani melalui media sosial namun tetap anteng-anteng saja, justru dari kalangan eksekutif di media sosial posting -posting kegiatan yang tidak ada sentuhanya dengan kaum tani.
Ironisnya Lagi dari Kalangan Legislatif Kabupaten Kebumen sebagai wakil rakyat semestinya berani berjuang mencarikan solusi terbaik dengan adanya bencana kekeringan yang di alami masyarakat petani, justru getol mengedepankan untuk mendirikan koalisi-koalisi parpol untuk menghadapi Pilkada 2020, yang ujung-ujungnya hanya bagi-bagi kue kekuasaan. Keyakinan sy masyarakat petani sudah pesimis untuk memilih pemimpin dan legislatif di waktu dekat ini dan mendatang. Hal ini bisa di lihat dari ketidak seriusanya mengurus kaum tani.