Kritik pedas dari penulis buku Negeri para bedebah
Demi uang milyaran rupiah
Saya paling suka ketika melihat pejabat negara bilang: 'Apapun demi bangsa ini, saya siap.' Bukan main. Seolah dia benar2 mengabdikan dirinya untuk negara.
Gubernur misalnya. Gajinya sih kecil, tapi kalian harus tahu, berapa dana operasional per bulannya? Provinsi2 kaya, itu bisa puluhan milyar per tahun. Belum lagi honor ini, honor itu. Ngumpulin pajak bumi bangunan saja, mereka dapat honor. Dari dana operasional ini, gampang saja mereka bergaya melunasi dukungan pendukungnya selama ini.
Belum lagi, jabatan itu, entah bupati, gubernur, anggota DPR, DPD, DPRD, atau menteri sekalipun, secara tidak langsung, diakui atau tidak, bisa memuluskan banyak urusan bisnis, dsbgnya. Well, apapun demi bangsa ini, saya memang siap.
Saya paling senang lihat ada orang mau dijadikan bos BUMN, lantas bilang: 'Saya siap mengabdi untuk negara'. Alamak, keren kali. Seolah dia benar2 siap menyerahkan jiwa dan raganya.
Kita lupa fakta. Setiap direktur Bank Mandiri misalnya, setiap tahun 60 milyar (gaji+bonus, tantiem, dll). Direksi Pertamina juga diangka yg tidak jauh2 dari itu. Direksi PLN, juga milyaran per tahun, dan BUMN2 lain, paling sial, 3-4 milyar per tahun. 60 milyar per tahun; masa' nggak siap mengabdi untuk negara. Dengan jabatan2 ini, komisaris misalnya, posisi ini bisa membayar 'hutang dukungan' saat pemilihan. Peduli amat jika rakyat belum tentu mendapatkan manfaat nyata dari BUMN2 ini.
Asyik sekali melihat pejabat2 ini bilang mereka bekerja untuk bangsa dan negara. Sungguh memang, jangan tanya apa yang telah mereka berikan kepada negara; tapi merekalah yang bertanya apa yang negara berikan untuk mereka ini.
Sementara itu, buat kalian rakyat2 jelata. Sebaliknya, kalian ditanya apa yang telah kalian berikan kepada negara ini; bukan bertanya apa yang telah negara berikan kepada kalian.
BPJS misalnya; kalian sudah iuran atau belum ke negara, heh? Dasar bedebah, kalian tidak berhak bertanya apa yang negara berikan setelah kalian taat membayar iuran.
Pun bayar pajak. Kalian sudah bayar pajak atau belum ke negara, hah? Dasar bedebah, kalian tidak berhak mempertanyakan karya kalian dibajak orang lain, kehidupan kalian tidak dilindungi negara.
Demikianlah. Ada yang akan terus sibuk memuja-muja. Bahkan saat diberaki dari atas, tetap dia puja. Entahlah, bodo amat jika negeri ini masih jauh sekali dari keadilan sosial. Yang dekat adalah hutang menggunung, korupsi menggila, elit dan penguasa tambah kaya.
*Tere Liye
Via fanspage facebook
**penulis novel "Negeri Para Bedebah"
Saya paling suka ketika melihat pejabat negara bilang: 'Apapun demi bangsa ini, saya siap.' Bukan main. Seolah dia benar2 mengabdikan dirinya untuk negara.
Gubernur misalnya. Gajinya sih kecil, tapi kalian harus tahu, berapa dana operasional per bulannya? Provinsi2 kaya, itu bisa puluhan milyar per tahun. Belum lagi honor ini, honor itu. Ngumpulin pajak bumi bangunan saja, mereka dapat honor. Dari dana operasional ini, gampang saja mereka bergaya melunasi dukungan pendukungnya selama ini.
Belum lagi, jabatan itu, entah bupati, gubernur, anggota DPR, DPD, DPRD, atau menteri sekalipun, secara tidak langsung, diakui atau tidak, bisa memuluskan banyak urusan bisnis, dsbgnya. Well, apapun demi bangsa ini, saya memang siap.
Saya paling senang lihat ada orang mau dijadikan bos BUMN, lantas bilang: 'Saya siap mengabdi untuk negara'. Alamak, keren kali. Seolah dia benar2 siap menyerahkan jiwa dan raganya.
Kita lupa fakta. Setiap direktur Bank Mandiri misalnya, setiap tahun 60 milyar (gaji+bonus, tantiem, dll). Direksi Pertamina juga diangka yg tidak jauh2 dari itu. Direksi PLN, juga milyaran per tahun, dan BUMN2 lain, paling sial, 3-4 milyar per tahun. 60 milyar per tahun; masa' nggak siap mengabdi untuk negara. Dengan jabatan2 ini, komisaris misalnya, posisi ini bisa membayar 'hutang dukungan' saat pemilihan. Peduli amat jika rakyat belum tentu mendapatkan manfaat nyata dari BUMN2 ini.
Asyik sekali melihat pejabat2 ini bilang mereka bekerja untuk bangsa dan negara. Sungguh memang, jangan tanya apa yang telah mereka berikan kepada negara; tapi merekalah yang bertanya apa yang negara berikan untuk mereka ini.
Sementara itu, buat kalian rakyat2 jelata. Sebaliknya, kalian ditanya apa yang telah kalian berikan kepada negara ini; bukan bertanya apa yang telah negara berikan kepada kalian.
BPJS misalnya; kalian sudah iuran atau belum ke negara, heh? Dasar bedebah, kalian tidak berhak bertanya apa yang negara berikan setelah kalian taat membayar iuran.
Pun bayar pajak. Kalian sudah bayar pajak atau belum ke negara, hah? Dasar bedebah, kalian tidak berhak mempertanyakan karya kalian dibajak orang lain, kehidupan kalian tidak dilindungi negara.
Demikianlah. Ada yang akan terus sibuk memuja-muja. Bahkan saat diberaki dari atas, tetap dia puja. Entahlah, bodo amat jika negeri ini masih jauh sekali dari keadilan sosial. Yang dekat adalah hutang menggunung, korupsi menggila, elit dan penguasa tambah kaya.
*Tere Liye
Via fanspage facebook
**penulis novel "Negeri Para Bedebah"