-->

Komentar penulis Tere Liye tentang kenaikan BPJS

Komentar Penulis Tere Liye tentang kenaikan BPJS



*Rese

Iuran BPJS itu pasti naik. Kelas 3 misalnya, dari 25.500 jadi 42.000. Kelas 2, dari 51.000 naik 110.000. Kelas 1, dari 80.000 naik jadi 160.000. Mana ada rumusnya biaya kesehatan murah. Ada keluarga, suami-istri anaknya 4, maka kalau dia selama ini ambil kelas 1, hitung sendiri iurannya sekarang: 6 x 160.000. Mahal ?

Makanya, siapa suruh anaknya banyak. Ampun dah. Sudah tahu hidup bakal tambah susah. Eh, anaknya banyak. Dan siapa suruh ambil kelas 1? Sana turun ke kelas 3. BPJS ini wajib, hanya soal waktu buat yg tdk ikut, besok2 tdk bisa ngurus SIM, e-KTP dll. Buat yg tdk suka, silahkan minggat ke Arab sana. Kalian cuma rese doang. Jangan jadi warga negara Indonesia kalau tdk mau ikut BPJS.

Tarif listrik, BBM, dkk, itu juga hanya soal waktu pasti naik. Namanya harga, mana ada yang turun. Subsidi untuk kelas 900 watt juga bakal dihapus. Mana ada rumusnya biaya energi murah. Siapa yang masih mau protes, heh? Kalau kalian tidak sanggup bayar listriknya, siapa yg nyuruh kalian masang listrik? Kan bisa ganti sama lilin sana. Atau cari kunang2, masukin ke botol. Lebih alamiah lagi.

Biaya pendidikan juga terus naik. Bahkan di sekolah negeri yg katanya gratis, tidak semua benar2 gratis. Ada memang yg full gratis; tapi yg iuran SPP tetap ada. Apalagi yg swasta, SPP nya terus membumbung tinggi. Minta sekolah bagus kok mau murah. Siapapun yg protes biaya pendidikan tinggi, silahkan anaknya dididik sendiri. Bikin sendiri sekolahnya. Juga buat yg jadi guru honorer, ampun dah, kalian sudah tahu gajinya kecil, tetap juga mau.

Rakyat sekarang ini memang rese sama pemerintah. Contoh berikutnya, sudah tahu jadi PNS itu ada aturan mainnya, ada seragamnya, dll. Eh, malah itu celana jadi cingkrang. Situ bego atau sengaja lebay mau melawan sih? Kan simpel, sana minggat berhenti jadi PNS kalau mau tetap cingkrang. Agama kalian itu tidak lebih penting dibanding pemerintahan.

Juga buat yang rese sama hutang pemerintah. Kalian cuma bisa rese dan ngoceh doang. Emangnya nenek kalian bisa ngutangin pemerintah? Wajar dong pemerintah ngutang kemana2, lah kalian sendiri juga nggak ngasih apapun buat bantu bayarin pemerintah. Itu proyek2 harus dibiayain. Kalau proyek2 ini berhenti, ada dapur yang tidak ngebul. Juga BUMN, dll, mereka harus untung segila mungkin. Karena jika tidak, wah repot, nanti ada yang kehilangan penghasilan. Bagi2 jabatan juga; itu lumrah saja. Memang dibagikan ke teman2 dulu, keluarga dulu. Lah kamu siapa? Nggak penting kok minta jabatan. Eh, pas nggak dikasih, cuma nonton, rese pula protes.

Belum pernah ada di galaksi bima sakti, rakyat yang rese kayak di sini. Sudah tahu harga cabe mahal misalnya; eh, masih protes. Kenapa nggak kamu makan sambil melototin layar HP dengan gambar cabe, kan sama pedasnya tuh. Harga telur mahal, silahkan bertelur sendiri sana. Garam mahal? Itu keringet sendiri kan bisa jadi garam, cipratkan ke kuali pas masak.

Ini segala diprotes. Jomblo, protes. Skripsi nggak kelar2, protes. Nggak ada uang buat nonton konser, protes. Kehabisan data, protes. Apalagi soal BPJS, dll, proteess melulu. Rese kalian.

Coba berhentilah sebentar rese. Ingat kata motivator terkenal sedunia: "Masalah terbesar kita itu adalah diri kita sendiri." Maka berhenti nyalahin orang lain.

Paham?

*Tere Liye

**ini sarkasme saja. membacanya butuh literasi level 4.0

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel