-->

27 Steps Of May 2019

27 Steps of May (2019)






Delapan tahun yang lalu, May (Raihaanun) yang berumur 14 tahun diperkosa oleh sekelompok pria. Ayahnya  (Lukman Sardi) hancur, menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga putrinya. May menarik diri sepenuhnya dari kehidupan, mengurung dirinya di kamar selama bertahun-tahun.
Meskipun jika dilihat sepintas 27 Step of May menawarkan sebuah cerita yang sederhana, sebuah film dengan kisah trauma korban kekerasan seksual yang selama bertahun-tahun menarik diri dari kehidupan dan akhirnya bisa membuka diri.

Tapi saya tidak bisa mengimplementasikan kata sederhana pada film ini. Kelam, berat, gelisah ketika menyaksikan keadaan trauma May yang begitu menyiksa, adalah sebuah kalimat sederhana yang melintas dalam benak ketika May akhirnya bisa keluar dari rumahnya dan melangkah 27 kaki sebelum pada akhirnya layar hitam muncul.
Beralur lambat, Ravi L. Bharwani menyelami duka, dunia trauma May. Trauma yang muncul akibat kekerasan seksual yang menimpanya delapan tahun lalu.

 Selama itu juga kehidupan May berubah, dia menutup dirinya dari kehidupan luar. Ruang kamarnya yang sederhana, didominasi warna-warna pucat, aktivitas yang sama setiap harinya, seolah menegaskan bahwa tidak ada lagi yang tersisah dari dirinya. Trauma yang dialaminya tergambar jelas lewat ekspresi Raihaanun. Hampir tak ada dialog yang terucap dari mulut May, film lebih mengungkap perasaan lewat performa pemainya, dan Raihaanun, dia tampil cemerlang. Raut wajahnya yang tampil datar bisa berubah sekejap menjadi ketakutan, membuat sesak dalam dada dan perasaan tak nyaman ketika menyaksikannya dan dialog-dialog yang diperlukan untuk memahami jalan ceritanya harus dipahami sendiri lewat adegan demi adegan yang berjalan lambat dengan gerakan yang tersusun rapi.

27 Step of May, tidak berlebihan dalam menggambarkan dunia traumatis May, sehingga tekanan psikologis dalam film muncul kepermukaan tanpa adanya gangguan karena penggambaran yang berlebihan. Tidak ada luapan emosi yang meletup-letup yang ada hanya kehampaan dalam gulatan batin yang penuh dengan keheningan.

Kekerasan seksual tidak hanya berdampak buruk bagi korban, orang terdekat mau tidak mau juga akan merasakan dampaknya. Menyuguhkan rasa bersalah yang amat dalam lewat karakter sang ayah. Dunia May yang tidak menyisakan apa-apa, selain rasa pahit yang hambar, berbanding terbalik dengan dunia sang ayah yang justru penuh kekerasan dan begitu kotor.


Ini dampak yang ayahnya rasakan, rasa bersalah karena merasa tidak mampu melindungi May. Bayang-bayang atas rasa bersalah masih menghantuinya, berdiri tegak dalam pikiran bahkan ketika amarah meluap tanpa tersisah. Dan lagi-lagi performa sang pemain, Lukman Sardi, dengan gamblang bisa menggambarkan kondisi tersebut. Dia berhasil menjadi sosok ayah yang tangguh, namun rapuh, penuh dengan kemarahan dan rasa bersalah di saat yang bersamaan.
Untuk mengimbangin dua keadaan tersebut, film yang naskahnya ditulis oleh Rayya Makarim, menghadirkan dua sosok untuk mendukung, menarik May dan Ayahnya dari lubang kesunyian yang sudah menemanin mereka selama bertahun-tahun.

Verdi Solaiman sebagai kurir, dia hadir untuk sang ayah. Kehadirannya sebagai kail pancing untuk menarik ayah May dari rasa bersalah yang sudah menemaninya bertahun-tahun. Kedua adalah seorang pesulap yang diperankan oleh Ario Bayu. Kehadirannya memberi warna dan rasa untuk kehidupan May yang sudah lama begitu hampa. Dengan semua kombinasi yang di hadirkan, satu hal yang unik dari 27 Step of May adalah interaksi Pesulap dengan May, yang terjalin lewat lubang di dinding.

Lubang yang pada akhirnya akan memberi warna pada hidup May. Semua interaksi yang terjadi lewat  lubang tersebut menghasilkan momen-momen memorable dan menjadi simbol untuk film, tidak heran jika poster film ini menampilkan May berdiri di hadapan lubang tersebut.

Dengan cerita yang kelam, dan rumitnya emosi, justru kesan simple datang dari segi visual. Tanpa repot-repot menampilkan sebuah pemandangan yang luas, film berhasil menyuguhkan keindahan dari kesederhanaan ruang kamar May. Minim dialog, dan latar tempat yang tidak luas, berhasil membangun kesan  depresi. Dalam sunyi, dan dominasi warna putih pucat, 27 Steps of May, menyendiri dan menyelam dalam dunia trauma korban kekerasan seksual yang akan selalu memikul beban berat tersebut  dan dampaknya bagi orang terdekat korban.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel